Oleh: Lukman
Cirebon- Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) IAI Bunga Bangsa
Cirebon yang berlokasi di desa Guwa Kidul Kecamatan Kaliwedi kabupaten Cirebon
mengadakan diskusi moderasi beragama dengan mengusung tema Kasih Sayang dan
Toleransi adalah Identitas Islam. Kegiatan yang dilakukan pada Kamis, 17
Desember 2020 (03 Jumadil Ula 1442) atau lebih tepatnya malam Jumat, syarat
dengan manfaat. Sebagaimana yang disampaikan Pak Kuwu Ade Firdaus pada
sambutannya.
“Meski kegiatan ini sederhana, tetapi manfaatnya sangat besar
sekali khususnya bagi para pemuda desa.” Ujarnya.
Meski sederhana seperti yang disampaikan dalam sambutan tersebut, tetapi kegiatan
ini dianggap tepat sasaran karena diikuti oleh para pemuda setempat dengan Rohmatusshoim
(Wakil Ketua III IPNU kabupaten Cirebon) sebagai pemateri. Di mana biasanya kegiatan
pengajian keagamaan hanya dihadiri oleh orang-orang yang sudah lanjut usia,
tetapi kegiatan ini dikemas khusus untuk para pemuda sebagai agen perubahan. Kuwu
Ade pun sangat mengapresiasi kegiatan ini. Tak lupa kegiatan ini pun mengimbau
agar pesertanya yang diikuti oleh Ikatan Remaja Masjid (Irmas) dan Karangtaruna setempat dengan
menaati protokol kesehatan. Panitia pun menyediakan masker gratis bagi para
peserta dan undangan yang ikut.
Moderasi beragama yang digaung-gaungkan beberapa tahun belakangan
adalah bentuk reaksi dari mulai lunturnya nilai-nilai toleransi di Indonesia. Negara
yang memiliki beragam ras dan budaya, tentu saja tidak bisa menghindari adanya
intoleransi di antara kalangan masyarakat heterogen. Ditambah lagi dengan
banyaknya oknum yang melakukan intoleransi dengan membawa bendera agama. Sayangnya,
beberapa tahun belakangan pun yang menjadi sasaran oknum intoleransi adalah
umat muslim. Padahal agama yang penuh kasih sayang ini senanstiasa mengajarkan
umatnya untuk menghargai umat beragama lain.
Islam mengajarkan umatnya untuk memposisikan diri sebagai penengah (moderat) yang adil di antara semua umat, sebagaimana dengan firman Allah.
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu ….” (QS. Al-Baqarah:143)
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri." (Al-Ankabut: 46)
Jelasnya Kang Shoim mengatakan bahwa umat Islam harus menjadi penengah (moderat), yaitu tidak tergolong kaum liberalis dan radikalisis. Serta tidak mudah menyalahkan satu sama lain.
“Pada dasarnya, semua agama mengajarkan untuk toleransi kepada umat
lain. Namun, ada oknum yang sengaja membawa agama tertentu untuk melakukan
intoleransi.” Ucap Pak Kuwu Ade dalam sambutannya.
Rohmatusshoim atau yang akrab dipanggil Kang Shoim menuturkan bahwa pendidikan yang rendah biasanya dimanfaatkan oknum intoleran untuk mempengaruhi masyarakat agar terjadi kekacauan di antara umat beragama. Hingga tumbuh kebencian dan penolakan terhadap umat yang berbeda dengannya. Bahkan kebencian itu sampai diturunkan pada keturunan atau pun generasi selanjutnya. Bukan hanya antarberagama, pun perbedaan madzhab masih sering terjadi saling menyalahkan dan hingga mengkafirkan golongan lain. Oleh karena itu, sangat perlu sekali kegiatan seperti ini untuk memberi pemahaman kepada masyarakat sejak dini tentang toleransi dengan keragaman umat beragama dan kebudayaan.
“Kasih sayang dan toleransi adalah kunci untuk menjaga ukhwah
islamiah,” ucap Abdul Muhaimin (Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Jami’ Nurul Amin)
Sebagaimana yang disampaikan oleh Abdul Muhaimin Mas’ud bahwa
dengan kasih sayang dan toleransi mampu menjaga ukhwah islamiah (persaudaraan
antara umat Islam). Jika masyarakat menjalankan ajaran Islam dengan baik, maka
kerukunan pun akan terjaga.
Cirebon, 19 Desember 2020